PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.
A.
Sejarah
TELKOM
Berawal pada tahun 1856, tepatnya tanggal 23 Oktober 1856, yaitu
pada saat pengoprasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang
menghubungkan antara Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor) oleh
Pemerintah Kolonial Belanda.
1882
sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa
pemerintahan kolonial Belanda.
1906
Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos
dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post,
Telegraph en Telephone Dienst/PTT).
1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas
dari pemerintahan Jepang.
1961
Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN
Postel).
1965
PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro),
dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
1974
PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel)
yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.
1980
PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan
jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.
1989
Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta
dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
1991
Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi
Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.
1995
Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan
pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York
Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga
diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo
Stock Exchange.
1996
Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah
Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo);
Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West
International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta –
dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional
VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan
Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.
1999
Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan
telekomunikasi.
2001
TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari
implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang
ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara
TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham
Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan
keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.
2002
TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada
saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15%
pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember
2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan
dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi
duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Pada
tanggal 7 Juni 2004, TELKOM mulai meluncurkan layanan sambungan langsung
international tidak bergerak.
Pada
2005, TELKOM meluncurkan satelit TELKOM-2 untuk menggantikan seluruh layanan transmisi
satelitnya yang telah dilayani oleh satelit TELKOM sebelumnya yaitu Palapa B-4.
Selain itu, untuk menjadi transmisi backbone TELKOM, satelit TELKOM-2 akan
mendukung jaringan telekomunikasi nasional untuk memenuhI kebutuhan telekomunikasi
di pedesaan dan multimedia. Oleh karenanya, TELKOM telah meluncurkan delapan
satelit.
Untuk
memelihara dan mempertahankan pertumbuhan di lingkungan industri yang
kompetitif, TELKOM bertransformasi dari perusahaan InfoComm menjadi perusahaan
TIME (Telekomunikasi, Informasi, Media, Edutainment) dengaN mempertahankan
bisnis legacy dan mengembangkan bisnis new wave. New TELKOM telah diperkenalkan
kepada publik pada tanggal 23 Oktober 2009 bertepatan dengan ulang tahun TELKOM
ke-153 yang menghadirkan tagline baru ‘the world in your hand’ dan positioning baru
‘Life Confident’. Dengan logo barunya, TELKOM berkomitmen untuk memberikan ke
seluruh pelanggan TELKOM kepercayaan diri untuk menjalani kehidupan yang mereka
pilih, sesuai dengan cara dan waktu mereka.
B.
Struktur
Bisnis dan Organisasi

Dalam pengelolaan organisasinya, PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. memiliki sebuah Dewan Komisaris
yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 4 (empat) anggota. Sebagai berikut :
Komisaris Utama :
Jusman Syafii
Djamal, Ir.
Komisaris :
Bobby A.A.Nazief
Komisaris :
Mahmuddin Yasin
Komisaris Independen :
Johnny Swandi Sjam
Komisaris Independen :
Rudiantara
Serta memiliki sebuah Dewan Direksi yang beranggotakan 1 (satu)
orang Presiden Direktur atau CEO dan 4 (empat) orang anggota Dewan Direksi
lainnya yang memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda seperti Direktur
Sumber Daya dan Bisnis Pendukung/CIO, Direktur Bisnis Jaringan Telekomunikasi,
Direktur Bisnis dan Jasa Telekomunikasi, dan Direktur Keuangan/CFO. Sebagai
berikut :
Direktur Utama :
Rinaldi Firmansyah
Direktur Keuangan :
Sudiro Asno
Direktur Human Capital & General Affair :
Faisal Syam
Direktur Konsumer :
I Nyoman G
Wiryanata
Direktur Network & Solution :
Ermady Dahlan
Direktur Enterprise & Wholesale :
Arief Yahya
Direktur Compliance & Risk Management :
Prasetio
Chief Information Technology :
Indra Utoyo
Untuk mempercepat dan memastikan proses pengambilan keputusan
yang efektif, Direksi didukung oleh Komite Eksekutif, yang terdiri dari: Komite
Etika, SDM & Organisasi; Komite Costing, Tariff, Pricing & Marketing;
Komite Corporate Social Responsibility; Komite Regulasi; Komite Disclosure;
Komite Pengelolaan Anak Perusahaan; Komite Produk, Infrastruktur dan Investasi;
Komite Treasury, Keuangan dan Akuntansi; dan Komite Risiko.
Sebagai
sebuah holding company, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. memiliki beberapa
buah anak perusahaan terafiliasi seperti PT Telekomunikasi Selular Indonesia
yang bergerak sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak selular, PT
Indonusa Telemedia yang menangani bisnis multimedia penyiaran dan Internet
dengan nama produk TELKOMVision dan PT Infomedia Nusantara yang mengelola
bisnis penerbitan Buku Petunjuk Telepon (Yellow Pages) dan Call Center.
Selain anak perusahaan
tadi, dalam menjalankan operasi perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
telah mengelompokan unit-unit yang ada dalam organisasi ke dalam bentuk Divisi,
Center dan Yayasan.

Struktur
organisasi dalam divisi pada umumnya terdiri dari Kadiv (Kepala Divisi), GM
(General Manager), Manager, Asman (Assistant Manager), dan staff officer.
Unit-unit
Bisnis TELKOM terdiri dari Divisi, Centre, Yayasan dan Anak perusahaan, sebagai
berikut :
Divisi Long Distance
Sub Divisi Satelit
Carrier & Interconnection Service
Center
Divisi Multimedia
Divisi Fixed Wireless
Enterprise Service Center
Customer Service Wilayah Sumatera
Customer Service Wilayah Jakarta
(Jadebotabek & Sekapur)
Customer Service Wilayah Jawa Barat
Customer Service Wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta
Customer Service Wilayah Jawa Timur
Customer Service Wilayah Kalimantan
Customer Service Kawasan Timur
Indonesia
Maintenance Service Center
Training Center
Carrier Development Support Center
Management Consulting Center
Construction Center
I/S Center
R&D Center
SME Development Center
Yayasan-Yayasan
:
Dana Pensiun (Dapentel)
Yayasan Pendidikan
Yayasan Kesehatan
Anak
Perusahaan
:
Kepemilikan
> 50%
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) :
Telekomunikasi (Selular GSM) (baru)
PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra)
: Telekomunikasi (KSO-VI Kalimantan)
PT Infomedia Nusantara (Infomedia) :
Layanan Informasi (baru)
PT Telekomunikasi Selular Raya
(Telesera) : Telekomunikasi (Selular AMPS)
PT Pro Infokom Indonesia (PII) : B2B
(e-Government)
PT Indonusa Telemedia (Indonusa) : TV
Cable (baru)
PT Graha Sarana Duta (GSD) : Properti,
Konstruksi dan Jasa
Kepemilikan
20% - 50%
PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) :
Transponder Satelit dan Komunikasi
PT Multimedia Nusantara (Metra) :
Multimedia
PT Citra Sari Makmur (CSM) : VSAT
PT Menara Jakarta : Multimedia
PT Metro Selular Indonesia ( Metrosel) :
Telekomunikasi (Selular AMPS)
PT Mobile Selular Indonesia (Mobisel) :
Telekomunikasi (Selular NMT-450)
PT Napsindo Primatel Internasional
(Napsindo) : Network Access Point
PT Patra Telekomunikasi Indonesia
(Patrakom) : Layanan Satelit Komunikasi Industri Perminyakan
PT Pramindo Ikat Nusantara :
Telekomunikasi (KSO-1 Sumatera)
Kepemilikan
< 20%
PT Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel)
: Telekomunikasi (Pulau di Batam & Bintan)
PT Komunikasi Selular Indonesia
(Komselindo) : Telekomunikasi (Selular AMPS)
PT Medianusa PTE, Ltd : Agen Penjualan
Buku Petunjuk Telepon (BPT)
PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia
(Bangtelindo) : Konstruksi & Konsultasi Fas.Tel.
C.
Strategi
Pemasaran
Keberhasilan
PT Telkom Tbk dalam menjalankan bisnis jasa telekomunikasi salah satunya karena
mampu memadukan strategi pemasaran dan komunikasi. Di Telkom, strategi
pemasaran dipercayakan kepada bagian marketing communication (marcom).
Sementara itu, fungsi kehumasan dipegang oleh public relation. Kedua bidang itu
tidak bisa dipisahkan. "Ketika bicara soal PR, maka arahnya adalah
reputasi. Namun, ketika bicara soal periklanan, maka arahnya pada frekuensi. Ini
yang sering kali diabaikan oleh perusahaan lain," kata Eddy Kurnia selaku
HCCA Telkom. Oleh sebab itu, dia menganggap bahwa perusahaan yang tidak sanggup
menjalankan fungsi komunikasinya dengan baik sangat mungkin akan terganggu
reputasinya.
Saat
ini setiap perusahaan maupun instansi Pemerintah harus mengubah pola komunikasi
yang lama agar tercipta pola komunikasi bersama yang bisa memuaskan seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder). Seorang pejabat public relations diharapkan
dapat memenuhi hak tahu masyarakat, mengakomodasi kepentingan para pemangku
kepentingan serta melakukan pencitraan yang proporsional. Peran public
relations hendaknya mampu melakukan
sejumlah terobosan, seperti melakukan riset, penetapan tujuan dan evaluasi
serta memilih dan mengembangkan media public relations yang tepat, tentunya
semuanya itu ditujukan agar dapat meningkatkan pelayanan informasi yang
komprehensif kepada publik.
Menurut
Eddy Kurnia, strategi pemasaran berbasis Manajemen Pendidikan Pelanggan cukup
efektif. Konsep ini diyakini tidak hanya mengubah paradigma menjual produk, tetapi
memberikan manfaat terhadap akselerasi pendidikan dan berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Contohnya pada keberhasilan produk speedy. Produk seperti
Speedy dimana sebenarnya memiliki banyak fungsi selain sebagai akses
internet, tidak bisa hanya bermain tarif
karena masa perang tarif telah lewat. alam kasus Speedy, perlu sekali memperhatikan kepentingan
pelanggan agar mereka merasa dipintarkan dalam pengertian luas, artinya bukan
hanya memberikan pemahaman product knowledge tetapi juga benefitnya dengan
adanya internet berkecepatan tinggi itu. Meski pertumbuhan akses broadband di Indonesia cukup menjanjikan tetapi
persoalan di Indonesia adalah terjadinya kesenjangan digital (digital divide).
Digital divide adalah kesenjangan antara
komunitas yang efektif mengakses informasi melalui teknologi digital dan yang
tidak dapat mengakses informasi secara digital.
Wujud
nyata dari program pemasaran Speedy berbasis pendidikan pelanggan adalah dengan diarahkan untuk mengatasi kesenjangan
ini dengan membentuk komunitas
pendidikan melalui berbagai kegiatan kepedulian sosial yang dilakukan oleh
perusahaan, antara lain program kesenjangan digital antara guru dan murid
melalui pelatihan guru, pelatihan santri dan pelatihan usaha kecil dan
menengah.
Kedua,
Speedy sebagai broadband access, yaitu layanan internet berkecepatan tinggi
yang memberikan manfaat kepada masyarakat untuk mendapatkan kemudahan akses
mengikuti perkembangan pendidikan secara dalam menambah pengetahuan maupun
mengikuti perkembangan pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal.
Ketiga,
implementasi pemasaran Speedy dalam rangka menjadi market leader di Indonesia
dilaksanakan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, membuat paket
pemasaran, melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan
pendidikan informal, baik melalui media massa, pertujukan seni, kegiatan
keagamaan, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan lainnya.
Jika
akselerasi pendidikan semakin merata maka masyarakat informasi yang cerdas akan
semakin meluas sehingga pengguna akses
broadband semakin meningkat dan pada
gilirannya akan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis perusahaan, karena
masyarakat berbasis informasi yang diwujudkan itu tak bisa dilepaskan dari
Speedy.
Tantangan
dari konsep ini adalah produsen biasanya produsen selalu ingin mendapatkan hasil yang cepat dan
melupakan pemahaman itu sebuah proses.
Bagi pelanggan, pengalaman itu sangat penting karena dalam konteks filosofis, pengalaman
adalah pembelajaran dan pembelajaran itulah yang akan menentukan pelanggan
menentukan pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar